Memahami Karakter Transmisi Otomatis dengan Benar

Jakarta, KompasOtomotif -- Transmisi otomatis (automatic transmission/AT) menyederhanakan pengoperasian mobil. Belakangan, varian ini lebih digemari, khususnya untuk pengendaraan di kota-kota besar yang identik dengan kemacetan seperti Jakarta. Iwan Abdurahman, Section Head Technical Service Division-Training Department Toyota Astra Motor, mengungkapkan, mengoperasikan AT tidak semudah yang dibayangkan. Ada hal-hal yang mesti dipahami.
“Tipikal AT seperti boom boom car, tinggal gas langsung jalan. Tapi yang mesti dipahami, setiap karakter mobil berbeda. Misalnya, Yaris, Innova, dan Alphard, punya gear ratio yang berbeda. Begitu juga dengan torsinya,” ujar Iwan kepadaKompasOtomotif, Selasa (13/5/2014).
Kondisi paling berpotensi menimbulkan bahaya bila tidak terbiasa, terlebih pengendara yang baru saja beralih dari mobil bertransmisi manual ke otomatis. Perlu diingat, bila posisi tuas persneling berada di “D”, mobil akan “merayap” dengan tenaga mesin stasioner (tanpa menekan pedal gas). Kecepatannya tergantung kombinasi tenaga, torsi, dan bobot kendaraan.

Khusus untuk transmisi CVT, pengoperasiannya cenderung lebih halus dibanding matik "konvensional". Pengendara hampir tidak bisa merasakan perpindahan gigi karena itu harus lebih waspada.
“Pindah dari manual ke matik, feeling-nya jauh berbeda karena kaki kiri sudah terbiasa menyesuaikan kopling dengan kaki kanan untuk gas. Seberapa dalam bukaan gas biar enggakndut-ndutan. Ini urusannya kan kenyamanan,” jelasnya.
KecelakaanIa juga mengungkapkan, tidak sedikit kecelakaan yang terjadi akibat pengendara salah mengantisipasi gerakan mobil saat “merayap”. Ada juga yang salah merespons ketika mobil seharusnya direm, tetapi justru makin nyelonong karena digas, karena salah injak pedal.

“Karena kaki tidak terbiasa jadinya salah injak, bukan pedal rem, tapi malah gas. Banyak terjadi tabrakan karena kejadian itu, ada efek panik juga. Bahkan ada kejadian, karpet mengangkat dan terlipat sehingga menekan pedal gas,” terang Iwan.

Mengemudikan mobil bertransmisi otomatis memang terkesan sederhana, dengan catatan dilakukan dengan benar.
NetralSaat mobil berhenti sementara, misalnya pada saat lampu merah, lebih baik tuas persneling dipindahkan ke posisi “N” (netral) kemudian menarik rem parkir. Namun, masih ada kebiasaan, pengendara memilih tetap menempatkan di posisi “D” sambil menekan pedal rem. Kondisi ini dinilai tidak menguntungkan.

“Semakin lama berada di kondisi ini, secara keamanan tidak bagus. Konsumsi bahan bakar boros plus komponen kinetik kopling tidak bisa awet,” tutup Iwan.

Related Posts:

    MV Agusta "Recall" Brutale, F3, dan Rivale

    California, KompasOtomotif – MV Agusta mengumumkan kampanye perbaikan massal (recall), beberapa model buatan 2014 karena masalah pada sekrup yang mengunci pin lengan ayun. Penarikan kembali ini menimpa 223 unit Brutale 1090 RR (Corsa Edition), Brutale 800, 675, F3 675, F3 800, dan Rivale produksi antara 18 Desember 2013 hingga 10 Maret 2014.

    Berdasarkan dokumen yang dirilis National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), penyelidikan mengungkap adanya potensi kecelakaan, karena gagalnya sekrup pengaman lengan ayun menahan getaran saat posisi naik. Ini akibat proses pembuatan sekrup yang tidak didinginkan secara sempurna.

    Masalah ini pertama ditemukan Maret lalu oleh pekerja di pabrik MV Agusta. Sekrup lengan ayun itu rusak ketika dipasang dan diputar dengan tekanan torsi kekencangan 70 Nm. Komite investigasi MV Agusta lalu menelitinya dan menemukan permasalahan tersebut.

    Karena masalah ini, produsen sepeda motor asal Italia itu akan memasang kembali sekrup dengan spesifikasi yang lebih baik, tanpa dipungut biaya.

    Related Posts:

      Arti Kode Produksi dan Nama Model BMW

      Jakarta, KompasOtomotif - Tidak semua orang mengerti penamaan kode produksi mobil-mobil BMW. Namun kadang, sebutan seperti E30, E46, atau E39, justru lebih sering diucapkan dibanding nama model, yakni Seri 3 produksi 1982-1994 (E30), Seri 3 produksi 1998-2006 (E46), dan Seri 5 produksi 1995-2003 (E39).
      Sejak 1960-an, BMW mulai menggunakan penyeragaman dalam penyebutan kode produksi. Nama dan angka yang tertera digunakan untuk mengidentifikasikan kapan tanggal departemen pengembangan BMW mengerjakan model baru. Misalnya, E30, berarti mulai dikerjakan pada Maret 1980. Huruf “E” berasal dari kata Jerman “entwicklung” yang berarti pengembangan (development).
      Penamaan tersebut juga digunakan buat menandakan berapa banyak kemungkinan prototipe mobil yang harus melewati tahap kajian sebelum disetujui untuk diproduksi. Sebagai contoh, di antara model Seri 3 E36 dan E46 terdapat 10 varian berbeda, seluruhnya diajukan ke prinsipal.
      Pada 2008, kode produksi huruf berganti menjadi “F”, seiring mulai dikembangkannya F01-F02 alias Seri 7. Sejak era ini, penyebutan kode produksi BMW kurang populer. BMW juga telah menyiapkan kode produksi berawalan "G" yang mulai digunakan buat seri 7 dan 5 pada 2016.
      Berikut kode produksi BMW
      E3 - (1968–1977) 2.5, 2.8, 3.0, 3.3 "New Six" Sedan
      E9 - (1969–1975) 2800CS, 3.0CS, 3.0CSL "New Six" Coupe
      E12 (1972 – 1984) Seri 5 dan M535i (1974–1981)
      E21 - (1976–1983) Seri 3 Sedan dan Convertible
      E23 - (1977–1986) Seri 7 Sedan
      E24 - (1976–1989) Seri 6 Coupe dan M635i Coupe
      E26 - (1978–1981) M1 Coupe
      E28 - (1981–1988) Seri 5 Sedan dan M5 Sedan
      E30 - (1983–1991) Seri 3 Series Sedan, Coupe/Touring/Convertible dan M3 Coupe/Convertible
      Z1 - (1988–1991) Z1 Roadster
      E31 - (1989–1999) Seri 8 Coupe
      E32 - (1986–1994) Seri 7 Sedan
      E32 -(1987–1994) Seri 7 Sedan long wheelbase
      E34 - (1988–1995) Seri 5 Sedan dan M5 Sedan, (1991–1996) Seri 5 Touring
      E36 - (1991–1999) Seri 3 Sedan/Coupe dan M3 Sedan/Coupe, (1994–1999) Seri 3 Touring, (1993–1999) Seri 3 dan M3 Convertible
      E36/5
       - (1994–2000) Seri 3 Compact
      E36/7 -
       (1995–2002) Z3 Roadster dan Z3 M Roadster
      E36/8 -
       (1997–2002) Z3 Coupe dan Z3 M Coupe
      E38
       - (1994–2001) Seri 7 Sedan
      E38/2
       - (1994–2001) Seri 7 Sedan long wheelbase
      E38/3
       - (1998–2001) Seri 7 Sedan Protection
      E39 - (1995–2003) Seri 5 Sedan dan M5 Sedan
      E39/2
       - (1996–2003) Seri 5 Touring
      E46 - 
       (1999–2006) Seri 3 Coupe/Touring/Convertible dan M3 Coupe/Convertible, (1998–2006) Seri 3 Sedan
      E46/5 - (2000–2004) Seri 3 Compact
      E52 - (1999–2003) Z8 Roadster
      E53 - (1999–2006) X5 Sport Activity Vehicle
      E60 - (2003–2010) Seri 5 Sedan dan M5 Sedan
      E61 - (2003–2007) Seri 5 Touring dan M5 Touring
      E63 - (2003–2010) Seri 6 Coupe dan M6 Coupe
      E64 - (2003–2010) Seri 6 Convertible dan M6 Convertible
      E65 - (2001–2007) Seri 7 short wheelbase
      E66 - (2001–2007) Seri 7 long wheelbase
      E67 - (2001–2007) Seri 7 Protection
      E68 - (2005–2007) Seri 7 Hydrogen
      E70 - (2007–2013) X5 Sports Activity Vehicle dan X5 M Sports Activity Vehicle
      E71 - (2008– sekarang) X6 Sports Activity Coupe dan X6 M Sports Activity Coupe
      E72 - (2009–2011) X6 Hybrid Sports Activity Coupe
      E81 - (2007–2012) Seri 1 Hatchback 3-pintu
      E82 - (2007–2013) Seri 1 Coupe dan 1M Coupe
      E83 - (2004–2012) X3 Sports Activity Vehicle
      E84 - (2009–sekarang) X1 Compact Sports Activity Vehicle
      E85 - (2002–2008) Z4 Roadster dan Z4 M Roadster
      E86 - (2006–2008) Z4 Coupe dan Z4 M Coupe
      E87 - (2004–2011) Seri 1 Hatchback 5-pintu
      E88 - (2008–2013) Seri 1 Convertible
      E89 - (2009–sekarang) Z4 Roadster
      E90 - (2005–2011) Seri 3 Sedan dan M3 Sedan
      E91 - (2005–2011) Seri 3 Touring
      E92 - (2006–2013) Seri 3 Coupe dan M3 Coupe
      E93 - (2007–2013) Seri 3 Series Convertible dan M3 Convertible
      F01 - (2008–sekarang) Seri 7
      F02 - (2009–sekarang) Seri 7 long wheelbase
      F03 - (2008–sekarang) Seri 7 Protection
      F04 - (2011–sekarang) Seri 7 ActiveHybrid
      F06 - (2011–sekarang) Seri 6 Gran Coupe dan M6 Gran Coupe
      F07 - (2009–sekarang) Seri 5 Gran Turismo
      F10 - (2011–sekarang) Seri 5 Sedan dan M5 Sedan
      F11 - (2012–sekarang) Seri 5 Touring
      F12 - (2011–sekarang) Seri 6 Coupe dan M6 Coupe
      F13 - (2011–sekarang) Seri 6 Convertible dan M6 Convertible
      F15 - (2013–sekarang) X5 Sports Activity Vehicle
      F16 - (2014) X6 Sports Activity Coupe
      F18 - (2010–sekarang) Seri 5 long wheelbase
      F20 - (2011–sekarang) Seri 1 Hatchback 5-pintu
      F21 - (2012–sekarang) Seri 1 Hatchback 3-pintu
      F22 - (2013–sekarang) Seri 2 Coupe
      F23 - (2014) Seri 2 Convertible
      F25 - (2010–sekarang) X3 Sports Activity Vehicle
      F26 - (2014) X4 Sports Activity Coupe
      F30 - (2012–sekarang) Seri 3 Sedan
      F31 - (2012–sekarang) Seri 3 Touring
      F32 - (2013–sekarang) Seri 4 Coupe
      F33 - (2013–sekarang) Seri 4 Convertible
      F34 - (2013–sekarang) Seri 3 Gran Turismo
      F35 - (2012–sekarang) Seri 3 long wheelbase
      F36 - (2014) Seri 4 Gran Coupe
      F45 - (2014) Seri 2 Active Tourer
      F48 - (2015) X1 Compact Sports Activity Vehicle
      F80 - (2014) M3 Sedan
      F82 - (2014) M4 Coupe
      F83 - (2014) M4 Convertible
      F85 - (2015) X5 M Sports Activity Vehicle
      F86 - (2015) X6 M Sports Activity Coupe
      G11 - (2016) Seri 7 short wheelbase
      G12 - (2016) Seri 7 long wheelbase
      G30 - (2016) Seri 5
      i01 - (2014) i3 compact (mobil listrik)
      i12 - (2014) i8 (mobil sport listrik)
      Penamaan modelSejak 1972, nama model-model BMW mulai menggunakan tiga digit angka diikuti huruf untuk fitur tambahan. Secara umum, angka pertama menandakan keluarga (misal, Seri 3, Seri 5) dua angka setelahnya menunjukan kapasitas mesin (misal 320, Seri 3 bermesin 2.0 liter), meski tidak selalu (misal 335i, Seri 3 namun bermesin 3.0 liter).
      Untuk huruf di belakang angka, berikut arti simbol-simbol tersebut.
      C = Coupe
      c = Cabriolet
      d = diesel
      e = eta, menandakan setingan mesin fokus ke efisiensi.
      h = hidrogen
      i = injeksi bahan bakar
      L = long wheelbase
      s = sport.
      sDrive = berpenggerak roda belakang
      T = model bodi touring (wagon/estate)
      t = menandakan bodi hatchback khusus untuk BMW Seri 3 hatchback
      td = "Turbo Diesel"
      x / xDrive = berpenggerak semua roda

      Related Posts:

        Suzuki Siap Perkecil Lubang Tangki “Mobil Murah”

        Bogor, KompasOtomotif -- Hasil pemufakatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan, “mobil murah” (LCGC) mesti semakin dibatasi minum bahan bakar bersubsidi dengan peraturan baru. Skema yang masih dalam pembicaraan, Pertamina akan membesarkan diameter nozzle(lubang dispenser) premium SPBU, sementara model mobil murah wajib memiliki lubang tangki bahan bakar berukuran lebih kecil.
        Hanya duo Astra, Agya dan Ayla, yang telah memenuhi persyaratan bila regulasi baru itu diterbitkan. Sementara pabrikan lain “terpaksa” mengikuti dengan menyesuaikan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebelumnya, Honda Prospect Motor telah menyatakan siap merevisi Brio Satya. Kini Suzuki Indomobil Sales pun mengatakan hal senada buat Karimun Wagon R.
        “Pada dasarnya kami akan mengikuti kebijakan pemerintah karena tujuan LCGC itu baik. Karimun Wagon R mengikuti peraturan pemerintah yang sudah ada. Begitu aturan pemerintah disetujui, kami akan ikuti,” ujar Direktur Pemasaran dan Pengembangan Jaringan SIS, Davy J Tuilan, di Bogor, Sabtu (10/5/2014).
        ProduksiSusanto Winarto, Sales 4W Strategy Development SIS, menambahkan, penggantian komponen tidak akan terlalu mengganggu jalur produksi di pabrik Karawang yang dikendalikan Suzuki Indomobil Motor (SIM). Tidak semua bagian Karimun Wagon R dibuat SIM, sebagian lainnya memanfaatkan pemasok lokal. “Komponen yang perlu diganti tinggal pesan dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan,” imbuh Susanto.
        Sejak dipasarkan pada November 2013 lalu, peredaran mobil murah terus bertambah, tetapi arahnya dinilai tak lagi sesuai dengan kampanye pemerintah mengurangi pemakaian bahan bakar bersubsidi. Mobil dengan ketentuan harga jual di bawah Rp 100 juta (transmisi manual) ini menjadi "kambing hitam" meningkatnya konsumsi premium.

        Related Posts:

          Jok Baris Ketiga “Mobil Murah” Suzuki Tak Sekadar Aksesori

          Bogor, KompasOtomotif – Suzuki Indomobil Sales (SIS) telah memastikan rencana pemasaran versi MPV 7-penumpang dari Karimun Wagon R, untuk masuk kelas “mobil murah” (LCGC). Direktur Pemasaran dan Pengembangan Jaringan SIS, Davy J Tuilan, mengungkapkan, rancang bangun kini masih dalam tahap pengerjaan di pusat pengembangan di Jepang dengan berbagai masukan dari Indonesia.
          “Tidak akan meluncur tahun ini. Kami sedang siapkan, tapi kami maunya MPV 7-seater ‘beneran’, yang nyaman buat penumpang paling belakang. Semua detail harus diperhitungkan, karena kami menginginkan bangku ketiga bukan sekadar aksesori atau hanya untuk mendapatkan pajak lebih murah,” tegas Davy, di Bogor, akhir pekan lalu.
          Untuk menciptakan desain yang sesuai dengan standarisasi, harus melalui uji coba 150 komposisi berlainan. Artinya, desain memperhitungkan ketebalan jok, ketinggian lantai dasar, posisi tangki bensin, ruang kepala, dan yang lainnya.
          “Kami butuh waktu untuk membuat model itu (MPV 7-penumpang Karimun Wagon R). Kami harus mencari komposisi paling optimal. Lagipula di LCGC, masih ada ketentuan konsumsi bahan bakar 1 liter untuk 20 km dan radius putar 4,6 m. Begitu cocok nanti kami luncurkan,” tambah Davy.
          BedaSIS memang sudah memperkenalkan Wagon R 3Rows Concept, di Indonesia International Motor Show 2013 lalu. Davy enggan membeberkan siapa pihak di balik konsep ini-dari Jepang atau Indonesia-namun ia memaparkan wujud produksi pasti berbeda, tidak hanya menambah overhang(jarak dari poros roda ke ujung bodi) belakang.
          “Tidak bisa dijadikan gambaran, karena memang saat itu pengunjung tidak boleh masuk ke dalam kabin. Pada waktu itu kami pajang untuk studi. Cukup unik, model LCGC dibikin 7-penumpang. Hasilnya, banyak konsumen yang tertarik,” ungkap Davy.
          DatsunPengembangan memang butuh waktu, namun dilihat dari sisi positif, proses itu mengulur waktu buat SIS sambil mengamati perkembangan “mobil murah” MPV 7-penumpang pertama yang dipasarkan di Indonesia, yakni Datsun Go+ Panca. “Pasti kita pantau, kita akan pelajari dulu. Akan kami evaluasi,” tutup Davy.

          Related Posts:

            Kejutan dari Duo Varian Diesel Tata, Aria dan Storme

            Bogor, KompasOtomotif – Banyak persepsi muncul ketika KompasOtomotif menerima undangan test drive dari Tata Motors Distribusi Indonesia (TMDI). Rasa berkendara, nuansa kabin, kualitas, dan performa, sama sekali belum ada gambaran. Apalagi yang ditawarkan untuk dicoba langsung 3 model, Vista, Aria dan Safari Storme. Petunjuk pertama yang bisa jadi tolok ukur adalah tagline ”Play Strong” yang diklaim mewakili karakteristik mobil-mobil Tata.

            Promosi bodi tebal lewat beberapa TVC yang sudah ditayangkan TMDI bikin penasaran juga. Diketok bunyinya tak lagi meyerupai kaleng, tapi lebih ke besi padat yang bersuara berat. ”Anda tahu yang kami maksud, pelat bodi tebal mobil kami sangat mendukung keamanan,” komentar Presiden Direktur TMDI, Biswadev Sengupta, beberapa saat sebelum berangkat.
            Masih banyak hal yang harus dicari untuk memberi patokan rasa. Salah satu caranya tentu duduk di ruang kemudi dan mulai menggebernya. Tujuan ditetapkan menuju kebun teh Gunung Mas di kawasan Puncak, Bogor, kemudian beristirahat di Puncak Pass, lalu kembali ke Jakarta. Cukup singkat, tapi dirasa sudah cukup mewakili karakter jalanan sebagian masyarakat urban.

            Dari tiga model yang disediakan, KompasOtomotif tertarik dengan MPV crossover Aria dan SUV Safari Storme. Bukan karena bodi atau jenisnya, tapi karena mesin diesel yang diklaim bertenaga paling besar dan kuat. Aria menjadi sasaran pertama.
            Tenaga BesarSebagai MPV, Aria punya perbedaan. Bodi bongsor dan perawakannya tinggi. Kejutan pertama, duduk di dalamnya serasa naik SUV. Lalu, ruang penyimpanan sangat banyak! Ditemukan berderet kotak kecil di atap tengah, begitu juga di pintu. Soal desain interior, Tata harus banyak belajar untuk memberikan kesan lebih modern. Namun di luar itu, semua fungsional dan terkesan gagah.

            Mesin diesel 2.200cc DiCOR yang menjanjikan tenaga 140 PS @4.000 rpm dan torsi puncak 320 Nm @1.700-2.700 rpm sangat menggoda untuk dicoba. Tenaga tersebut hampir mirip dengan Toyota Innova bermesin bensin. Ternyata mobil ini kembali bikin terkejut. Tenaganya besar! Padahal bobot kendaraan sendiri mencapai 2,6 ton, hampir sama dengan berat kosong 2 Toyota Rush. Transfer tenaga melalui transmisi manual 5-percepatan, tarikan terasa ringan dan tak ada habisnya, apalagi di putaran bawah. Hal tersebut merupakan hasil nyata torsi yang besar.

            Suspensi independent double wishbone dengan per keong di depan, dan 5-link suspensiondengan per keong di belakang, membuat penumpang cukup nyaman. Jalan gelombang dilahap dengan tenang. Melaju di kecepatan tinggi sangat mantap, tidak ada gejala limbung.

            Namun KompasOtomotif agak terganggu dengan bodi roll yang kadang muncul, lalu radius putar yang besar. Namun semua tertutup dengan impresi tenaga dan kemampuan menanjak yang dimiliki Aria. Untuk mendaki di kawasan puncak tidak ada keluhan, bahkan diajak bermain di tanah berbatu Gunung Mas masih memberi kesan garang.

            Safari StormeKompasOtomotif tukar mobil menggunakan Safari Storme untuk rute putar-putar area Gunung Mas. SUV tersebut memiliki desain kontemporer yang menyandang mesin sama dengan Aria. Bedanya, bobot lebih ringan, suspensi lebih rigid. Diajak menanjak dan menjelajah jalan berbatu kebun teh, karakter torsi besarnya semakin ganas dan lebih responsif.

            Meski lebih rigid, tapi untuk jalanan berbatu Safari masih menyisakan kenyamanan. Posisi duduk layaknya model jip yang membuat pengemudi percaya diri mengendalikan mobil karena semua penampang depan tampak jelas, termasuk kap mesin.

            BandelDijelaskan para eksekutif Tata, mesin diesel yang digunakan sudah melalui ratusan ribu kilometer pengujian di Indonesia. Kualitas bahan bakar buruk dipastikan tidak jadi masalah, meski teknologi yang dipakai terbilang cukup canggih.

            Tak butuh solar sekelas Pertamina DEX dan Shell Diesel, mesin Aria dan Storme rata-rata mencatat konsumsi BBM 12 kpl pada rute dalam kota dan 15,5 kpl di rute kombinasi.

            Kesimpulan
            Secara keseluruhan, performa mesin yang diberikan membuat kejutan. Sigap berakselerasi dan ternyata irit konsumsi bahan bakar. Dibanding dengan MPV di kelasnya Aria memiliki kemampuan berinteraksi di lintasan semi off-road. Hal tersebut berkat ground clearence yang cukup tinggi (200 mm), secara teknis sama dengan Toyota Avanza.

            Harga Aria Rp 249,9 juta dan Safari Rp 279,9 juta cukup kompetitif, tinggal bagaimana menepis bayang-bayang citra merek Tata yang memang belum begitu kuat di Indonesia. Soal mesin, TMDI berani menggaransi 5 tahun atau 100.000 km!

            Related Posts: